Dalam setiap pernikahan hampir pasti selalu ada ritual pertukaran cincin kawin.
Jenis perhiasan yang satu ini memang telah menjadi simbol pernikahan
sejak lama. Namun tahukah anda mengenai cerita di balik tradisi sebuah
cincin pernikahan? Sejarahnya dimulai dari zaman Firaun di Mesir yang
menjadikan lingkaran sebagai sebuah simbol keabadian, karena bentuknya
yang tidak memiliki akhir. Filosofi ini kemudian dipopulerkan oleh
masyarakat romawi yang mulai menggunakan cincin kawin dalam setiap
upacara pernikahan. Semenjak saat itu kebiasaan ini pun menyebar ke
berbagai belahan dunia dan keberadaan perhiasan dengan bentuk lingkaran
ini menjadi semakin populer.
Perkembangan dan Jenis-Jenis Cincin Kawin
Cincin kawin yang pertama kali dibuat bukan dari
material yang populer sekarang ini seperti perak atau emas, melainkan
terbuat dari besi. Masyarakat kemudian menyadari bahwa material lain
seperti emas dan perak memberikan estetika yang lebih kepada jenis
perhiasan ini. Selanjutnya berbagai variasi pun dicoba, seperti
menggabungkan beberapa jenis batuan cantuk ke dalam cincin kawin agar
terlihat lebih indah. Hasilnya batu rubi, batu safir, sampai dengan
berlian digunakan untuk menghiasi cincin ini dan terus bertahan sampai
sekarang.
Variasi model cincin kawin pun semakin banyak, beberapa yang populer di antaranya adalah sebagai berikut:
Unity Wedding Band
Jenis cincin yang satu ini memiliki dua buah bagian yang dijadikan
satu. Hal ini mengilustrasikan kesatuan dua insan manusia dalam
keabadian. Designnya juga menggambarkan bahwa perhiasan ini tidak
termakan oleh waktu.
Paisley Wedding Band
Perhiasan yang satu ini menjadi favorit karena tampilannya yang
elegan dengan ukiran yang sangat indah. Menggunakan material emas putih
ataupun emas kuning sebagai material pembuatnya.
Braided Wedding Band
Jenis yang ini merupakan contoh klasik dengan sedikit sentuhan modern
pada proses pembuatannya. Cincin ini bisa dibuat dengan menggunakan
material emas putih, emas kuning ataupun platina.